Apa pendapat kalian mengenai blog ini?

My Photo

My Photo
My Album
Powered By Blogger

Sabtu, 27 Februari 2010

Reinhard Bonnke

Reinhard Bonnke

Reinhard Bonnke lahir pada 1940 di Jerman Timur. Ia anak kelima dari enam bersaudara. Saat itu, Perang Dunia II tengah berkecamuk. Bersama sang ibu, mereka lari sebagai pengungsi. Mereka melintasi Laut Baltik dengan menggunakan kapal dan mendarat di Denmark. Di tempat pengungsian, mereka berada di tempat yang dikelilingi kawat berduri dan supaya dapat bertahan hidup, mereka terpaksa mengais-ngais makanan. Sebuah masa kecil yang getir. “Jadi, itulah yang melatari mengapa saya sangat berbelaskasihan pada kaum gelandangan dan kaum miskin.”kenangnya dalam sebuah wawancara.

Pada usia sembilan tahun, ia dan saudara-saudara kembali ke Jerman. Ayahnya saat itu menjadi pendeta dan telah merintis gereja di Harmburg, Jerman Barat. Disitulah ia dibesarkan.

Pencuri Kecil yang Bertobat

Selama berada di pengungsian, ia sama sekali tidak mengenal uang, karena disana sama sekali tidak ada uang. Pemerintah Denmark member mereka makanan dan pakaian. Sebagai tempat tinggal bagi para pengungsi, empat keluarga mesti berbagi satu ruangan.

Ketika kembali ke Jerman, barulah ia mengenal uang. Ia sadar, dengan uang ia bisa membeli permen. Ia pun mencuri beberapa keeping uang dari dompet ibunya dan pergi membeli permen. Ibunya memergokinya. Namun, bukannya member hukuman, ibunya malah merangkulnya dan berkata, “Reninhard, kau sedang menuju neraka karena kau ini pencuri.”

Pada saat itu, ia merasa Roh Kudus menjamah hatinya. Ia melihat dirinya sebagai orang berdosa; dan ibunya menjelaskan bahwa Yesus peduli dan dapat menyelamatkan orang berdosa. Ia mengalami kelahiran kembali. Sejak saat itu, ia tidak pernah mencuri uang lagi.

Setahun kemudian, pada usia sepuluh tahun, ia mendapatkan panggilan Tuhan. Saat itu sedang ada pembicara tamu yang berkhotbah di gereja ayahnya. Tiba-tiba ia mendenga suara Roh Kudus di dalam hatinya, begitu jelas, mengatakan,“Reinhard, suatu hari kau akan memberitakan Injil di Afrika.”

Ia mulai menangis dan berlari ke depan, memeluk ayahnya. “Papa, Papa, Papa, Tuhan berbicara kepadaku.” Katanya. “Apa yang dikatakan-Nya?” tanya ayahnya.

“Tuhan berkata, suatu hari aku akan memberitakan Injil di Afrika.”jelasnya.

Ayahnya menjawab, “Reinhard, kakakmu yang akan meneruskan pelayananku disini.”

Pengalaman pertobatan dan panggilan Ilahi itu tak ayal mempengaruhi pergaulannya. Ia sadar dirinya tidak bisa bersikap sembrono pada para gadis seperti anak laki-laki sebayanya, karena suatu hari ia akan berkhotbah kepada mereka. Karenanya, ketika menikah pada usia 22 tahun, istrinya menjadi perempuan pertama yang diciumnya.

Mukjizat Pertama

Setelah kuliah di Bible College, Wales, ia menjadi pendeta di Jerman selama tujuh tahun. Pada tahun 1969 ia dan istrinya, Anni, beserta anak laki-laki mereka yang masih bayi, berangkat ke Maseru, Lesotho.

Pada tahun awal di Maseru, Reinhard dan Annie melakukan karya misi secara tradisional. Ketika itulah ia mendapatkan penglihatan tentang “benua Afrika yang dibasuh oleh darah Yesus yang mahal harganya”. Visi itu menanamkan kerinduan di dalam hatinya untuk menjangkau benua Afrika, dari Cape Town sampai ke Kairo dan dari Dakar sampai ke Djibouti. Pada awalnya ia melihat bukti bahwa gagasan sebesar itu mungkin diwujudkan, teai ia terus berpegang teguh pada impian Ilahi itu dan bertekun dalam pelayannya.

Reinhard bukanlah orang yang yakin akan mujizat. Ia tahu Yesus dulu menyembuhkan orang sakit, tetapi ia tdak yakin Yesus masih menyembuhkan orang hingga saat ini. Ia memilih untuk menahan diri. Pada suatu hari, ia mengundang Hamba Tuhan dari Zulu bernama Richard Ngidi. Pelayanan Richard disertai dengan tanda-tanda dan mukjizat. Setelah menyaksikannya dengan mata sendiri, Reinhard mulai menyadari bahwa Firman Allah tentang mukjizat masih berlaku.

Kira-kira setahun kemudian, ia mengundang hamba Tuhan lain, yang juga bergerak dalam bidang pelayanan tanda-tanda dan mukjizat. Orang ini berjanji akan melayani pada kebaktian Sabtu dan Minggu. Pada kebaktian Sabtu, gereja di dapati orang sakit. Namun, setelah berkhotbah selama sepuluh menit, orang itu meminta Reinhard menutup kebaktian, dan berjanji akan berdoa untuk orang-orang sakit keesokan harinya.

Esoknya, ketika Reinhard menjemput sang Hamba Tuhan di hotel, orang itu mengatakan, Roh Kudus menyuruhnya pulang. Dan orang itu juga pergi begitu saja. Reinhard marah dan merasa dipermainkan. Sambil menyetir mobil kembali ke gerejanya, ia berdoa, “Aku ini memang hanya seorang misionaris. Tetapi aku ini juga anak-Mu. Aku akan ke gereja, berkhotbah, berdoa untuk orang sakit, dan Engkau yang melakukan mukjizat.” Ia merasakan damai sejahtea menyelimuti hatinya.

Dan, benar saja, pagi itu Tuhan memakainya secara luar biasa. Orang buta dan orang lumpuh disembuhkan. Hadirin mengalami jamahan Tuhan. Sejak saat itu kuasa Tuhan nyata dalam pelayanannya.

Pelayanan Tenda

Pada tahun 1974 ia mendirikan lembaga penginjilan “Christ for all Nations”(CfaN). Ia memulai di tenda yang dapat menampung 800 orang. Namun, seiring dengan semakin meningkatnya pengunjung, mereka harus memmbeli tenda yang lebih besar lagi. Begitulah, sampai pada tahun 1984, mereka membangun tenda terbesar di dunia, sebuah tenda yang dapat dipindah-pindahkan dengan kapasitas 34.000 tempat duduk!

Tidak lama kemudian, tenda besar itu sudah tidak mampu menampung banyaknya pengunjung. Ia mulai mengadakan kebaktian di lapangan terbuka, dengan pengunjung pada awalnya tidak kurang 150.000 orang. Sejak saat itu ia berkeliling ke berbagai kota di seluruh Afrika, berkhotbah di lanpangan terbuka. Bahkan, di Lagos dan Nigeria, pengunjungnya mencapai 1,6 juta dengan tata surya yang terdengar sampai bermil-mil jauhnya.

Pelayanannya pun mulai meluas sampai ke Asia. Ia telah mengadakan KKR di Malaysia, Filipina, Indonesia, Singapura, dan India serta Negara di Amerika Selatan. Sampai pada tahun 2007, tercatat tak kurang 42 juta jiwa mengambil keputusan bagi Yesus melalui KKR CfaN. Pada dekade pertama millennium baru ini, mereka mencanangkan visi untuk melihat angka itu mencapai 100 juta. Sebagai bagian dari program pelatihan pemuridan mereka, lebih dari 178 juta eksemplar buku dan buklet CfaN telah diterbitkan dalam 140 bahasa dan dicetak di 53 negara.

CfaN juga secara aktif mendukung “Global Pastor’s Network”, sebuah gerakan interdenominasi sedunia yang bervisi menjangkau satu miliar jiwa dan merintis lima juta gereja di seluruh dunia sebelum 2010.

Salah satu mukjizat menonjol dalam Kebaktian Reinhard Bonnke berlangsung pada Desember 2001 di Grace Of God Mission Church di Onitsha, Nigeria. Pendeta Daniel Ekechukwu, yang telah dinyatakan meninggal selama empat puluh dua jam, secara ajaib bangkit dan hidup kembali. Sebagian kalangan meragukan kebenaran mukjizat tersebut.

“Mereka pun (para pengkritik ini) mengatakan bahwa mereka telah meneliti mukjizat ini. Mereka mendapati bahwa mukjizat itu memang factual. Namun, mereka mengatakan, terserah Apakah anda mempercayainya atau tdak. Namun, Anda tahu, fakta itu keras kepala. Kalau pun orang mengatakan mukjizat itu tiak benar, orang itu masih tetap hidup. Masih ada ribuan saksi, masih ada dokter yang mengeluarkan suarat kematian, masih ada pengurus pemakaman, yang karena mukjizat ini, keluarga mereka diselamatkan dan mereka saat ini menjadi orang Kristiani yang luar biasa. Saya percaya kita akan melihat mukjizat-mukjizat yang lebih besar lagi,” papar Reinhard menanggapi keraguan tadi.

Pelayanan : Dia mengabdikan dirinya menjadi missionaris bagi benua Afrika. Dia mengabarkan Injil dengan gigih dan pantang menyerah walaupun banyak yang dihadapinya selama pelayanannya. Dia sudah berkhotbah di semua Negara di Afrika, sebuah pencapaian yang luar biasa, untuk mendukung pelayanannya, dia mendirikan lembaga penginjilan yang mana lembaga yang didirikannya sudah banyak menginjili di berbagai Negara di dunia, termasuk Indonesia.

Citra Kristen yang dimilikinya : Reinhard Bonnke memiliki penguasaan diri yang kuat selama hidupnya, dia selalu berusaha untuk menyenangkan orang disekitarnya terutama Tuhan, dia menjadikan Yesus sebagai teladan hidupnya, dia memiliki visi misi yang jelas mengenai tujuan hidupnya untuk memuliakan Tuhan, dan yang paling penting Rinhard Bonnke termasuk salah satu Hamba Tuhan yang setia, dan pantang menyerah dalam pelayanannya.

1 komentar:

Mengenai Saya