Apa pendapat kalian mengenai blog ini?

My Photo

My Photo
My Album
Powered By Blogger

Jumat, 26 Maret 2010

Berlian di Hati Fiorenza (Oleh : Valerina)

Berlian di Hati Fiorenza

(Oleh : Valerina)

Babak I

  1. (Fiorenza menebarkan pandangannya sekali lagi. Menghela napas sekali lagi. Hatinya berdebar-debar karena Filbert pas di hari Valentine akan berjanji bertemu di coffee shop padanya. Mereka akan bertemu untuk pertama kalinya setelah sekian lama berkenalan lewat e-mail. Sebuah ide telah dijalankan Florenza dengan baik. Ia meminta bantuan salah seorang tetangganya yang kira-kira sudah berumur empat puluh tahun untuk menyamar sebagai dirinya. Ia memberikan tanda kepada Filbert sebuah bros berlambang dolphin. Selain itu berpakaian serba pink. Sedangkan dalam e-mailnya Filbert mengatakan akan memakai kemeja kotak pink dan celana hitam, juga bros dolphin. Jadi mereka akan saling mengenal lewat bros dan pakaian. Florenza duduk agak jauh dari Bu Belva, tetangganya.)
  2. (Akhirnya saat yang ditunggu juga datang, Filbert datang dan dengan segeranya menghampiri meja Bu Belva)
  3. Filbert : Selamat sore, ini nona Fiorenza? (tanyanya sopan seraya mengulurkan tangan)
  4. Bu Belva : (Tersenyum ramah, membalas uluran tangan Filbert) Sore juga, ya… saya, Fiorenza yang Anda kenal lewat e-mail. Anda Filbert, bukan?(balik bertanya sambil melirik bros dolphin yang dikenakan Filbert)
  5. Filbert : Ya, sudah lama menunggu saya?
  6. Bu Belva : Lumayan juga. Ngak apa-apa. Silakan duduk
  7. (Filbert mengambil tempat duduk di sebelah Bu Belva. Ia berusaha menyembunyikan kekecewaannya dengan wajah tersenyum. Apa tidak salah aku merayakan Valentine dengan wanita seperti ini? Tapi aku udah janji, biarlah!!) Mbak, tolong pesankan kopinya satu lagi (sahutnya ke pelayanan coffee shop tersebut)
  8. Bu Belva : Kaget dengan penampilan saya??
  9. Filbert : Ngak kok, kamu cantik (pujinya)
  10. Bu Belva : Yang benar saja, Fil. Masak? Tubuh saya yang begini dibilang cantik?? Saya akan sadar diri kok. Tak marah bila kamu bilang tidak cantik.
  11. Filbert : Bener. Cantik ‘kan nggak hanya melulu penampilan lahiriahnya, tapi yang di dalam …..itu loh hatinya
  12. Bu Belva : Lho, masak kamu sudah tahu hati saya?
  13. Filbert : Kamu banyak memberikan dukungan saat saya berada pada titik-titik bawah. Kamu ada saat saya butuhkan (katanya sambil tersenyum)
  14. Bu Belva : Oh… begitulah thanks lho.
  15. Filbert : Oia, kita hanya bersahabat kan?
  16. Bu Belva : Tapi di e-mail kamu bilang mencintai saya?
  17. Filbert : Sekarang diralat. Maaf, kamu jangan marah. Saya tidak bisa memacari kamu?
  18. Bu Belva : Karena saya lebih tua darimu??
  19. Filbert : Ya… (mengangguk) anda sudah seperti Ibu saya sendiri.
  20. Bu Belva : Oh……….
  21. (Fiorenza yang melihat adegan itu dari belakang, tak jauh dari mereka, juga cekikikan menahan tawa….)
  22. (Filbert yang tahu dirinya dikerjai, segera pulang sambil wajahnya mengerut. Menandakan tidak senang dengan kondisi ini)
  23. Fiorenza : Thanks ya….atas bantuan Ibu….(sahutnya sambil menyelami tangan BU Belva)
  24. Bu Belva : Ngak apa-apa. Filbert itu orangnya baik.
  25. Fiorenza : Belum tentu.
  26. Bu Belva : Ibu sudah berpengalaman dengan anak muda. Dari cara ngomongnya yang santin, Ibu jamin dia anak baik.
  27. Fiorenza : Makanya saya minta bantuan Ibu untuk menilai sebelum saya menilai sendiri. Saya takut kenal dengan pemuda brengsek. Sekarang ‘kan zaman edan. Banyak yang gak bener dibandingkan yang bener. Sudah banget cari yang baik.
  28. Bu Belva : Percaya deh sama Ibu. Ibu ‘kan nggak bakalan membahayakan kamu.
  29. Fiorenza : Jangan bilang sama mama ya???
  30. Bu Belva : Rebes……

Babak II

  1. (Filbert membaringkan diri di kasurnya yang empuk. Datang jauh-jauh dari Jakarta hanya untuk melihat wanita paruh baya? Gempal lagi? Wah, sungguh diluar pemikiran saya) katanya dalam hati sambil menertawai dirinya di depan cermin. Sia-sia saja aku minta cuti seminggu…..
  2. (Filbert merasa resah, dia membolak-balikkan badannya. Ia tidak mengenal siapa-siapa di kota Medan, kecuali Fiorenza…)
  3. (Kring…..Kring…..Kring……….)
  4. Fiorenza : Halo…
  5. Filbert : Halo juga… ini siapa ya??? (balasnya dengan kening berkerinyit)
  6. Fiorenza : Ini Fiorenza….bisa bicara dengan Filbert
  7. Filbert : Ya saya sendiri….Ada apa???
  8. Fiorenza : Kamu harus janji satu hal dulu
  9. Filbert : Oke….
  10. Fiorenza : Ngak boleh marah..
  11. Filbert : Memangnya saya ini pemarah? Tapi kok suaranya lain? “suaramu lain”
  12. Fiorenza : Saya Fiorenza yang asli. Semalam yang kamu jumpai adalah tetangga saya.
  13. Filbert : Hah??? Apa telingaku tidak salah dengar?
  14. Fiorenza : Maaf, saya hanya ingin mengujimu. Saya merasa bersalah. Maafkan saya….
  15. Filbert : Jadi kamu mempermainkan saya???(dengan suara tinggi)
  16. Fiorenza : Tidak.. sudah kubilang saya hanya ingin mengujimu… itu saja
  17. Filbert : Kamu hampir membuatku pingsan???
  18. Fiorenza : Kamu lolos ujian
  19. Filbert : Kayak sekolah aja???
  20. Fiorenza : Kamu kapan balik ke Jakarta?
  21. Filbert : Waktu saya cuma seminggu
  22. Fiorenza : Bisa ketemu lagi…
  23. Filbert : Ngak ah, nanti kamu sodorkan Fiorenza yang lain.
  24. Fiorenza : Ngak,, kali ini serius. Lagi pula kamu penasaran kan lihat wajah Fiorenza yang asli ‘kan??
  25. Filbert : Ngak juga
  26. Fiorenza : Marah ya???
  27. Filbert : Yah, kira-kira begitulah.. ternyata saya dikerjain ama cewek
  28. Fiorenza : So jadi ngak ketemu lagi
  29. Filbert : Ngak
  30. (Klik……….)

Babak III

  1. (Sore harinya,,,, di Coffee Shop… Sepasang insan saling bercengkerama menikmati sore sambil mengopi. Uap kopi yang harum dari ceret-ceret menebari ruangan)
  2. (Filbert menatap lekat-lekat Fiorenza asli yang di depannya. Sangat berbeda ya!! Beda sekali!! Dia seperti dewi yang turun dari kayangan)
  3. Fiorenza : Saya Fiorenza.. (memperkenalkan dirinya sambil mengulas senyum ramah)
  4. Filbert : Filbert….(sambil menyelam Fiorenza, wanita yang dikaguminya diam-diam lewat e-mail. Tulisan-tulisannya yang membangkitkan sisi positif darinya, memompa semangatnya)
  5. (Fiorenza juga menikmati utuh wajah Filbert, wajah yang sangat dirindukannya. Tak terlalu ganteng. Tapi memiliki daya tarik tersendiri. Bentuk wajahnya oval, putih bersih, berkacamata minus, barisan gigi yang putih, rambut yang terpotong pendek dan rapi, serta seulas senyum yang amat memikat)
  6. Fiorenza : Maafkan saya soal semalam
  7. Filbert : Sudahlah… saya sudah lupakan kok…
  8. Fiorenza : Benar…….
  9. Filbert : Swear……
  10. Fiorenza : Saya ingin menguji kata-kata kamu yang kamu tulis.
  11. Filbert : Dan aku lolos??
  12. Fiorenza : Ya,,,, (mengangguk) jika kamu mengabaikan wanita paruh baya itu, saya tidak akan meneleponmu…
  13. Filbert : (Menarik napas lega) dan kamu mau menjadi pacarku??
  14. Fiorenza : Eittt…. Saya kira ini terlalu cepat. Kita bersahabat dulu, bagaimana? Lagipula kamu kamu belum mengenal saya dan saya belum mengenal kamu. Selama ini kita hanya berhubungan lewat e-mail. Banyak kekurangan yang belum kamu lihat…..
  15. Filbert : Ngak masalah bagi saya. Saya menerima kamu apa adanya kok… asal kamu mau saja…
  16. Fiorenza : Hmmm… bagaimana ya?? Beri saya waktu???
  17. Filbert : Tapi jangan lama-lama ya???
  18. Fiorenza : Swear (tersenyum dalam hati)
  19. (Sebenarnya saat itu sudah ada jawaban bagi Filbert. Tapi ia merasa gengsi dan menunda member jawaban. Tak apalah ditunda beberapa hari, biar Filbert penasaran) pikirnya,,,,,,,,,

Delapan Puluh Juta

Delapan Puluh Juta

(Oleh Bayu Sagala)

Babak I

  1. (Octo membayangkan semua kenangan yang telah terjadi dalam hidupnya sambil sIBuk mematut diri di cermin di dalam kamar. Hari ini dia akan menikah dengan Lusiana kekasihnya. Dia tersenyum bahagia)
  2. Julyasa : Octo, Bapak Pendeta sudah datang. (teriak kakaknya dari luar kamar)
  3. Octo : Iya… (sahutnya sambil Buru-Buru keluar menuju ruang tamu, menyalam pendeta dan kekasihnya)
  4. (Satu demi satu undangan hadir. Termasuk teman-temannya. Acara pun dimulai. Semua benyanyi dan mendengarkan khotbah. Pendeta, dalam khotbahnya meminta agar dia mensyukuri apa yang dicapainya saat ini. Sebab pencapaian ini adalah anugrah Tuhan.)
  5. Pendeta : Hanya orang terbaik dan dipilih Tuhan yang dapat meraihnya. Dan anak kami, Octo, satu yang dipilih itu. (ucap Pendeta bersemangat)
  6. (Saking bersemangat, Pendeta keasyikan berkhotbah. Seperti dia tak perduli dengan isi khotbahnya. Dia juga tidak peduli dengan ekspresi orang-orang yang mendengarkan)
  7. Anak Kecil : Mak, lapar….. (tangisnya sambil merengek)
  8. (Mendengar itu, spontan Pendeta berucap) Amin…….
  9. (Ibadah diteruskan dan ditutup dengan pelimpahan berkat. Perangkat makan dan menu yang disediakan segera dihidangkan begitu ibadah selesai. Setelah doa makan)
  10. Octo : Silakan makan………(sambil menundukkan badannya)

Babak II

  1. (Hari Pertama Octo mengajar, berjalan sukses. Sukses ini diikuti oleh hari-hari berikutnya. Proses belajar mengajar berlangsung menyenangkan. Semangatnya terus mengobar. Apalagi seorang muridnya adalah Dudhy, adik Bungsu Lusiana. Bagi Octo, kondisi ini dapat menjadi promosi gratis dirinya kepada keluarga Lusiana)
  2. Octo : Tak terasa enam Bulan sudah terlewati (sambil menarik nafas). Kalau begini terus keadaannya, aku akan mematangkan rencanaku untuk melamar Lusiana (sambil berpikir). Dia mengambil ponselnya, lalu mengajak kekasihnya makan malam di restoran mewah di pusat kota.
  3. Octo : Aku berharap kau siap (katanya sambil memegang tangan kekasihnya)
  4. Lusiana : Siap apa???? (tanyanya dengan kebingungan)
  5. Octo : Aku ingin melamarmu dalam waktu dekat
  6. (Lusiana diam. Dia menahan senyum. Wajahnya tak dapat menyemBunyikan kebahagiaan.
  7. (Kring…….Kring………… Nada pesan pendek nyaring di ponsel Octo. Octo langsung memBuka pesan terseBut. “Bagaimana pekerjaanmu? Pasti nikmat, ya. Beruntung kau memiliki orang tua yang bisa menyediakan apapun” sesaat kening Octo berkerut. Perasaan dan pikirannya tiba-tiba dipenuhi kaBut hitam)
  8. Lusiana : Kenapa??? (tanyanya dengan heran)
  9. Octo : Ah…. Tak apa-apa…. (jawabnya dengan gugup) Lusi, ayo kita pulang…….. (sambil menarik tangan kekasihnya)
  10. Lusiana : Tapi makanannya belum habis…..
  11. Octo : Udah tinggalkan saja……..

Babak III

  1. (Isi pesan teks itu benar-benar mengusik ketenangannya. Nomor yang digunakan mengirimkan pesan tidak lagi aktif. Semangatnya lekang satu-satu. Wajahnya yang cerah tiba-tiba redup. Murid-muridnya juga tidak menikmati mata pelajaran yang diajarkannya)
  2. Dudhy : Bang Octo (menegur Octo yang duduk sendirian)
  3. Octo : Ini masih jam belajar
  4. Dudhy : Tapi ini hanya kita berdua saja (belanya)….. Abang tahu kenapa kami tidak bersemangat lagi pelajaran olahraga??? (mengajukan pertanyaan terus terang)
  5. (Octo tidak menjawab. Dia malas menanggapi pertanyaan itu. Dia tidak lagi memperdulikan sikap murid-muridnya. Pikirannya bebar-benar diperuntukkan bagi pesan pendek misterius)
  6. Dudhy : Karena kami kecewa… (serBunya) Bagaimana mungkin seseorang yang mengajarkan fair play justru bermain dengan cara yang tak patut????
  7. Octo : Maksudmu (terkejut)
  8. Dudhy : Hahahahahahahahaha (tertawa) Maksudku bang. Delapan puluh juta itu Bukan jumlah yang kecil. Seandainya aku diberi duit sejumlah itu, lebih baik kugunakan sebagai modal usaha. Apa abang tidak tahu kalau saat ini adalah zamannya ekonomi kreatif????
  9. (Tawanya semakin kuat sambil meninggalkan Octo yang mematung penuh tanya)

Babak IV

  1. (Pesan singkat misterius ditambah ucapan Dudhy semakin memBuat Octo lelah menjalani hari dan pekerjaannya. Dia merasa renta dan terasing. Murid-murid tidak lagi menginginkannya dan Lusiana kerap menghindar saat dihuBungi)
  2. Octo : Kayaknya aku perlu lIBuran (pikirnya)
  3. (Ia minta cuti dari sekolah dan memilih berkeliling kota bersama sepeda motornya. Beberapa kali ia hamper terserempet karena tidak berkonsentrasi. Terhindar dari bahaya, tapi tak lepas dari tiupan pluit polisi lalu lintas. Octo terlambat memacu sepeda motornya saat mengejar lampu kuning yang tinggal 2 detik. Baru saja ia melewati zebracross, lampu sudah berganti merah)
  4. Polisi : Selamat siang, pak (dengan hormat)
  5. Octo : Selamat si… (ia memBuka helm dan menatap lekat polisi. Dia mengingat-ingat wajah di depannya, lalu melirik kea rah dada polisi itu)…. Benar, Kau Sukma. Aku Octo…. (ucapnya setengah berteriak)
  6. Sukma : Octo???? (menatap Octo dan melepas ingatannya ke waktu di belakang) hehehehehehhee …. Octo,,, apa kabar???
  7. (Keduanya bersalaman)
  8. Sukma : Kerja dimana sekarang??
  9. Octo : Aku guru (dengan ekspresi terkejut)
  10. (Kring…Kring………Kring. Dia memBuka isi pesan teks terseBut. Si pengirim misterius kembali mengirimkan pesan pendek…. “Berani taruhan. Kau akan tetap kena tilang. Sukma Hoegeng, teman lama kita itu, tak pernah bisa disuap”)
  11. Sukma : Jadi kau guru???
  12. Octo : (Mengangguk kaku…..)
  13. Sukma : Tapi Octo, aku harus mengenakan sanksi tilang kepadamu….
  14. Octo : (Tak menjawab…. Dia passrah. Meski yang mengenakan sanksi adalah seorang teman SMP yang lama tak bertemu)
  15. Sukma : Seragammu. Kau PNS??? (tanyanya)
  16. Octo : ya… iya… (jawabnya gugup)
  17. (Setelah itu dia tidak lagi berkata apa-apa. Termasuk saat meninggalkan Sukma. Octo mengangguk kepalanya sebelum melaju dengan sepeda morotnya)
  18. (Bunyi nada pesan pendek kembali terdengar. Octo membiarkan. Dia takut memBukanya. Dia semakin gelisah. Resah. Kepalanya dirasa pecah. Bagaimana mengembalikan delapan puluh juta jika terus diteror pesan pendek tak bernama???)
  19. (SeBuah klakson dibelakangnya….. Octo menuju gila)

Mengenai Saya